Manajemen kehidupan
·
Hidup itu pilihan, mau menerimanya sebagai anugerah
atau musibah.
Aku mengenal
banyak orang selama ini. Pendiam, humoris, penuh inspiratif, hingga yang mangkelin.
Antara orang
satu dengan orang yang lain memiliki sifat dan karakter berbeda beda. Layaknya
seorang yang beli soto. Ada yang minta pakai toge, ada yang tidak pakai nasi,
ada yang pakai sambal. Tukang soto itu bisa menempatkan dirinya sebagai seorang
yang fleksibel, dengan mengikuti selera pembeli.
Menghadapi setiap
orang tak bisa dengan perlakuan yang sama. Ketika berbicara dengan seorang yang
suka meledek. Tak bisa kita langsung memarahinya. Kita lihat dulu karakter
orang tersebut. Bisa jadi itu memang bawaan dari lingkungannya. Ketika kita
memarahinya ia malah bisa menjadi sebuah pertengkaran.
Mendapati seseorang seperti itu di lingkungan kita. Sebisa mungkin untuk menerimanya. Karena tak ada ciptaan tuhan yang diciptakan hanya untuk main main. Legowo dan menciptakan kerukunan atau memusuhinya dan timbul pertengkaran. Semua itu pilihan. Mau dibuat enak atau dibuat susah.
Mendapati seseorang seperti itu di lingkungan kita. Sebisa mungkin untuk menerimanya. Karena tak ada ciptaan tuhan yang diciptakan hanya untuk main main. Legowo dan menciptakan kerukunan atau memusuhinya dan timbul pertengkaran. Semua itu pilihan. Mau dibuat enak atau dibuat susah.
Mukhannif
yasiin, seorang yang sangat hebat. Dengan keterbatasannya ia sangat luar biasa.
Walaupun ia menyandang tuna rungu sejak umur sebelas tahun. Ia membuktikan pada
dunia bahwa ia bisa sukses walau dengan keterbatasan. Melawan paradigma
masyarakat. Menyandang sarjana dengan lulusan terbaik sastra indonesia UGM mengalahkan
orang yang secara fisik normal. Berlawanan dengan keadaannya yang secara
kebiasaan seorang yang tuna rungu memiliki kesulitan dalam bidang bahasa.
Bicara saja susah apalagi mendengar. Dulu ia sering di ejek – paling paling
kamu hanya bisa nyangkul di sawah.
Kata kata
tersebut tidak membuatnya marah, malah kata kata tersebut menjadi motivasi
baginya. Cemoohan itu yang membuatnya menjadi hidup. Untuk membuktikan bahwa
kata kata itu salah.
Sekarang ia
memperoleh beasiswa S2 di UGM, motivator, penulis, dan mendirikan ponpes.
Sekarang ia memulai usaha perikanan di rumahnya, dan mendirikan yayasan dan
beasiswa bagi anak yang kurang mampu.
Yang utama dari usahanya yaitu memotivasi orang orang yang senasib bangkit dari
keterpurukan seperti yang ia rasakan dulu.
kesuksesan yang ia dapat tak semerta-merta didapat begitu saja, Ia harus berjuang keras dengan segala keterbatasannya. Belajar, belajar dan belajar. – kuliah hanya sebagai formalitas saja – tuturnya. Segala informasi yang ia dapat 98% dari membaca. Kebanyakan waktunya di habiskan di perpustakaan membaca buku. Tak segan pula ia bertanya pada dosennya jika ada hal yang ia bingungkan.
Segala sesuatu
yang terjadi di dunia ini sudah di takdirkan oleh Allah semata. Mau
memandangnya sebagai anugerah atau bencana. Mau mensyukuri atau malah
mendustai. Kadang kita tak
tahu terimakasih pada Allah atau sesama. Kita sudah di kasih lebih malah minta
yang diatasnya. Seperti ketika kita di kasih seribu malah minta dua ribu.
Dikasih motor malah minta mobil. Bukannya terimakasih malah mencela.
Apa yang terjadi pada kita sekarang adalah yang terbaik bagi kita, baik bagi Allah walau kadang tak baik menurut kita. Banyak siswa SMA yang masuk ke perguruan tinggi tidak pada jurusan yang diinginkan. Pilihan mereka mau menjalaninya semaksimal mungkin dan menerimanya atau terus merenung dengan apa yang dia punya.
Kehidupan ini
tak melulu terus menangis, pasti ada tertawa dibagian dari kehidupan ini. Hidup
tak selamanya di bawah. Pasti suatu saat roda kehidupan akan berputar keatas. Semuanya
pasti berlalu ( habib syekh abdul qadir assegaf ).
paranjare
Tidak ada komentar:
Posting Komentar